Senin, 29 November 2010

LAPORAN HASIL OBSERVASI

LAPORAN HASIL OBSERVASI
SEKOLAH DASAR BERYAYASAN KATOLIK
SD KANISIUS GENDONGAN SALATIGA
Laporan Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Managemen Berbasis Sekolah
Dosen Pengampu Prof. Dr. Slameto, M.Pd



kelas E

Disusun Oleh :
1. Astri Yoda Arnaningrum 292008010
2. Tri Hartanti S. 292008026
3. Nurinayah 292008046
4. Aris Chandra Wibowo 292008061
5. Untari 292008104
6. Alfera Bekti Susanti 292008141

PROGRAM STUDI PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2010

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah hasil observasi yang dilaksanakan di SD Kanisius Gendongan Salatiga.
Dalam melaksanakan dan menyusun makalah hasil observasi ini peneliti banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Slameto, M.Pd. selaku pengampu mata kuliah profesi keguruan yang banyak memberi bimbingan kepada penulis.
2. Kepala Sekolah dan segenap guru di SD Kanisius Gendongan Salatiga yang memberi ijin untuk melaksanakan observasi.
3. Semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan proposal ini.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa proposal yang tersusun dan tersaji ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis dengan tangan terbuka menerima kritik dan sumbang saran yang membangun senantiasa penulis harapkan.
Semoga proposal ini dapat berguna dan memberikan manfaat sebagai mana yang diharapkan.



Salatiga, 28 November 2010

Penulis



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Berlakang Masalah
Suatu pendidik dijalankan oleh bagian dari masyarakat yang mengabdi kepada pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau yayasan. Yayasan dijalankan oleh tenaga masyarakat yang memiliki kemampuan professional dalam mengajar serta memiliki kepribadian yang mantap. Yayasan sendiri merupakan lembaga pendidikan yang menjalankan proses kegiatan belajar mengajar, sehingga terciptalah suatu pendidikan yang berjalan sesuai apa yang diinginkan masyarakat sekitar demi kemajuan pendidikan.
Manajemen sekolah berhubungan erat dengan administrasi sekolah. Yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal.
Manajemen sekolah dikelola dan diatur oleh sekolah tersebut jadi segala sesuatu yang penting bagi pendidikan berdasarkan keputusan sekolah secara mandiri. MBS memberikan kesempatan pengendalian lebih besar bagi kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua atas proses pendidikan di sekolah mereka. Dalam hal ini, tanggung jawab pengambilan keputusan tertentu mengenai anggaran, kepegawaian, dan kurikulum ditempatkan di tingkat sekolah dan bukan di tingkat daerah, apalagi pusat. Melalui keterlibatan guru, orang tua, dan anggota masyarakat lainnya dalam keputusan-keputusan penting itu, MBS dipandang dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi para murid. Dengan demikian, pada dasarnya MBS adalah upaya memandirikan sekolah dengan memberdayakannya.
B. Tujuan
Observasi yang dilakukan mahasiswa dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Managemen Berbasis Sekolah. Kekiatan ini berguna bagi mahasiswa untuk menambah pemahaman tentang Yayasan Sekolah, dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui penerapan MBS di SD Kanisius Gendongan Salatiga
2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam penerapan MBS
3. Mengetahui pihak pihak yang terkait dengan MBS
4. Memenuhi tugas mata kuliah Managemen Berbasis Sekolah

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang akan kami kaji mencakup beberapa hal meliputi 3 (tiga) pilar MBS, yaitu:
1. Profil Sekolah
2. Managemen sekolah (MS)
3. Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
4. Peran Serta Masyarakat (PSM)






BAB II
PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah
1. Keadaan Sekolah
Nama Sekolah : SD Kanisius Gendongan Salatiga
NSS : 102036202027/1003320005
NIS/ NPSN :
Alamat : Jln. Dr. Muwardi No. 04 Salatiga
Kelurahan : Kutowinangun
Kecamatan : Tingkir
Kota : Salatiga
Provinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : 50742
Telepon : 0298312900
E-mail :
Status Sekolah : Swasta
Akreditasi : disamakan
Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi hari
Nama Yayasan : Yayasan Kanisius
Bangunan Sekolah : Milik sendiri
Lokasi sekolah : Gendongan
Jarak kepusat kecamatan :  2
Jarak kepusat otoda :  1
Terletak pada lintasan : kab/kota
Jumlah keanggotaan : 1 sekolah
Organisasi penyelenggara : Yayasan
2. VISI Sekolah
Kasih dan Hati membangun citra mengantar pintu prestasi meraih keunggulan
3. MISI Sekolah
1. Mendidik, mengedepankan penanaman nilai moral dan religiulitas dalam pembelajaran inovatif didukung tertib administratif dengan pembibibingan berkesinambungan untuk pengembangan diri siswa sebagai pribadi matang dan mandiri
2. Menumbuh kembangkan semangat kompetitif dan pengabdian dalam suasana persaudaraan antar warga sekolah dan komite untuk peningkatan mutu dan pencapaian prestasi
3. Mendorong terwujudnya iklim sejuk yang kondusif didukung manajemen partisipasi dengan pemberdayaan berbagai komponen, berbagai management sekolah untuk meraih keunggulan



B. Pilar I : Managemen Sekolah ( MS )
1. Menurut anda, apa hakikat dari MBS itu?
MBS pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusa untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekalah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

2. Siapa pihak yang terkait MBS?
Siswa, orang tua, kepala sekolah, guru, karyawan, komite, anggota masyarakat/tokoh masyarakat/tokoh agama.

3. Apakah prinsip-prinsip atau pedoman-pedoman yang dipakai dalam MBS disekolah ini?
Sekolah yang menerapkan prinsip-prinsip MBS adalah sekolah yang harus lebih bertanggung jawab, kreatif dalam bertindak dan mempunyai wewenang lebih serta dapat dituntut pertanggungjawabannya oleh pemangku kepentingan.
Prinsip-prinsip antara lain: profesinal, komunikasi terbuka dua arah, transparan, bertahap lanjutan.
Pedomannya adalah: dasar hukum dan permen, visi misi dan tujuan sekolah, kurikulum, RESTRA dan RENOV, RAKS.

4. Bagaimana menerapkan MBS yang benar?
Sesuai asas :
1. Transparan
2. Keputusan tegas, dipatuhi dan dilaksanakan konsisten
3. Akuntabilitas dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
4. Berkelangsungan.
Dengan kata lain, penerapan mbs mensyaratkan yang berikut.
1. MBS harus mendapat dukungan staf sekolah.
2. MBS lebih memungkinkan berhasil jika diterapkan secara bertahap.kemungkinan diperlukan lima tahun atau lebiha untuk menerapkan MBS secara berhasil.
3. Staf sekolah dan kantor dinas harus memperoleh pelatihan penerapannya, pada saat yang sama juga harus belajar menyesuaikan diri dengan peran dan saluran komunikasi yang baru.
4. Harus disediakan dukungan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan waktu bagi staf untuk bertemu secara teratur.
5. Pemerintah pusat dan daerah haarus mendelegasikan wewenang kepada kepala sekolah, dan kepala sekolah selanjutnya berbagi kewenangan ini dengan para duru dan orang tua murid.

5. Apakah staf pengajar di sini sudah memenuhi standar mbs dan memenuhi konsep dasar MBS itu sendiri?
Staf pengajar disini sudah mencoba belajar menjawab untuk memenuhi standar MBS. Ditingkat makro, studi internasional tentang prestasi siswa seperti timss dan timss-r dan pisa dan pisa telah mengkonfirmasi pentingnya keseimbangan antara sentralisasi dan desentralisasi, dengan mbs relative lebih tinggi sebagai satu unsur desentralisasi, termasuk pembuatan keputusan local menyangkut masalah personal, profesionalisme, monitoring kelueran, dan membangun dukungan masyarakat.
Hal-hal diatas mencerminkan pentingnya modal social dalam membangun satu system sekolah yang mengelola diri sendiri (self-menaging school). Membangun modal intelektual merupakan contoh pengembangan kapasitas, yang dibahas lebih rinci pada proporsisi 11. Modal social merujuk pada membangun hubungan yang saling mendukung di antara sekolah, rumah, masyarakat, lembaga keagamaan, dunia usaha dan industry, dan lembaga lain di sector public dan swasta.

B. Pilar II : Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan ( PAKEM )
1. Kapan sekolah ini menerapkan MBS?
Sejak dicanangkannya MBS dalam UU Sisdiknas, tepatnya sesudah sosialisasi, meskipun masih bersifat mencoba.
Strategi peningkatan mutu melalui penerapan MBS.
Konsep mbs merupakan kebijakan baru yang sejalan dengan paradigm desentralisasi dalam pemerintah. Strategi apa yang diharapkanagar penerapan mbs dapat benar- benar meningkatkan mutu pendidikan.
1. Salah satu stategi adalah menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan orang tua siswa. Upaya untuk memperkuat peran kepala sekolah harus menjadi kebijakan yang mengiringi kebijakan MBS.” An essential point is that schools and techer will need capacity building if school-based management is to work”. Demikain de grouwe menegaskan.
2. Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel.termasuk membiaskan sekolah untuk membuat laporan pertanggung jawaban kepada masyarakat. Model memanjangkan rapbs di papan pengumuman sekolah yang dilakukan oleh Managing Basic Education (MBE) merupakan tahap awal yang sangat positif. Juga membuat laporan secara incidental berupa booklet, leaflet, atau pister tentang rencana kegiatan sekolah. Alangkah serasinya jika kepala sekolah dan ketua komite sekolah dapat tampil bersama dalam media tersebut.
3. Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. Dengan kata lain, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan bersama dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan mbs di sekolah, termasuk pelaksanaan block grant yang diterima sekolah.
4. Mengembangkan model pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan MBS, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah. Model pemberdayaan sekolah berupa pendampingan tau fasilitasi dinilai lebih memberikan hasil yang lebih nyata dibandingkan dengan pola-pola lama berupa penataran mbs.

2. Sebelum diterapkan MBS sekolah ini menerapkan system apa danalasan mengapa MBS diterapkan di SD ini?
a. Sebelum menerapkan MBS sekolah ini menerapkan manajemen partisipasi sentralisasi dan manajemen konvensional. Manajemen konvesional adalah manajemen yang masih berorientasi pada pemikiran kuno/ paradigma lama sehingga sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat.
b. Program pemerintah
Pasal 51 uu Sisdiknas no. 20/2003 menyatakan bahwa “pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan spm dengan prinsip MBS / Madrasah” MBS meruoakan konsep pengelolaan sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan .
c. Ingin mencapai tujuan sekolah untuk mewujudkan visi dan misi
Komponen yang mempengaruhi kualitas sekolah Kondisi yang diharapkan
PBM Proses belajar mengajar
Angka Putus Sekolah (APS)
Prosentase kelulusan
Kemampuan membaca, menulis dan berhitung untuk kelas I, II, dan III (kelas rendah)
Kemampuan Bahasa, Matematika, IPA, dan IPS
Karena sesuai dengan kurikulum yang digunakan sekolah yaitu KTSP dan adanya Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) yang pengelolaannya dilakukan oleh pihak sekolah secara terbuka.
3. Dengan MBS, adakah perkembangan di sekolah ini?
Ada output input kepercayaan partisipasi mengkoreksi prestasi kerja siswa. Pengalaman menunjukkan bahwa, betapapun kuatnya kehendak strategis, diperlukan waktu bertahun-tahun agar pergeseran dalam keseimbanganantara sentralisasi dan desentralisasi memungkinkan desentralisasi berdampak pada keluaran. Ini merupakan pengesahan satu legislasi untukpergeseran kewenangan, otoritas, tanggung jawab, dan pengaruh dari satu tingkat ke tingkat lain pergeseran itu merupakan perubahan dalam struktur. Pergeseran lain adalah membangun kapasitas agar diperoleh dampak yang diharapkan dari belajar dan mengubah kultur di semua tingkat.

4. Apa saja kelebihan dan kekurangan setelah penerapan MBS?
Kelebihan :
a. Sekolah memiliki keleluasan pengambilan keputusan, sumber daya, kurikulum, dan professional, sehingga sekolah memiliki kemandirian, misiatif, berkreatif mutu layanan output.
b. Memungkinkan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang akan mengambil keputusan yang akan meningkatkan pembelajaran.
c. Memberikan peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan keputusan.
d. Mendorong munculnya kreatifitas dalam merancang bangun program pembelajaran.
e. Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang di kembangkan di setiap sekolah.
f. Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realisitic ketika orang tua dan guru makin menyadari keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya program-program sekolah.
g. Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan kepemmimpinan baru di semua level.
Kekurangan :
• Tidak mungkin murni maski tetap ada yang bukan sekolah
• Masih banyak aturan pusat
• Kesiapan sekolah
• Terkendala SDM lembaga pendidikan dan input yang:
 Tidak berminat untuk terlibat
Sebagai orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang menurut mereka hanya menambah beban. Anggota dewan sekolah harus lebih banyak menggunakan waktunya dalam hal-hal yang menyangkut perencanaan dan anggaran. Akibatnya kepala sekolah dan guru tidak memiliki banyak waktu lagi yang tersisa untuk memikirkan aspek-aspek lain dari pekerjaan mereka. Tidak semua guru akan berminat dalam proses penyusunan anggaran atau tidak ongon menyediakan waktunya untuk urusan itu.
 Tidak efisien
Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya menimbulkan frustasi dan sering kali lebih lamban dibandingkan dengan cara-cara yang otokratis. Para anggota dewan sekolah harus dapat bekerja sama dan memusatkan perhatian pada tugas, bukan pada hal-hal lain diluar itu.
 Pemikiran kelompok
Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah kemungkinan besar akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak positif karena mereka akan saling mendukung satu sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu menyebabkan anggota terlalu kompromis hanya karena tidak meerasa enak berlainan pendapat dengan anggota lainnya. Pada saat inilah dewan sekolah mulai terjangkit “pikiran kelompok”. Ini berbahaya karena keputusan yang di ambil kemungkinan besar tidak lagi realistis.
 Memerlukan pelatihan
Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinanbesar sama sekali tidak atau belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan besar tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang hakekat mbs sebenarnya dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komuunikasi dan sebagainya.
 Kebingungan atas peran dan tanggung jawab baru
Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi dengan iklim kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan mbs mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan keputusan.
 Kesulitan kondisi
Secara penerapan yang rumit dan menccakup kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah.

5. Kegiatan apa saja yang dilakukan guna mendukung MBS?
Manajemen diartikan administrasi atau pengelolaan yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber , personal maupun material secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara operasional.
Berdasarkan fungsi pokoknya istilah manajemen dan administrasi mempinyai fungsi yang sama yaitu: merencanakan/ planning, mengorganisasikan/ organizing, mengarahkan/ directing, mengkoordinasikan / coordinating, mengawasi/ controlling, dan mengevaluasi/ evaluation.
Menurut Gaffer (1989) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sitemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Adapun kegiatanpendukungnya adalah :
a. Analisis SWOT
b. Melibatkan secara responsive untuk mengambil keputusan
c. Mencari visi dan misi sekolah
d. Renstra / rennov
e. Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, akuntabel. Termasuk membiasakan sekolah untuk membuat laporan pertanggung jawaban kepada masyarakat. Model memanjang rapbs di papan pengumuman sekolah yang dilakukan oleh Managing Basic Education (MBE) merupakan tahap awal yang sangat positif. Juga membuat laporan secara incidental berupa booklet, leaflet, atau poster tentang rencana kegiatan sekolah. Alangkah serasinya jika kepala sekolah dan ketua komite sekolah dapat tampil ber sama dalam media tersebut.
f. Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. Dengan kata lain, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan bersama dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS di sekolah, termasuk pelaksanaan Block Grant yang diterima sekolah.
g. Mengembangkan model program pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan mbs, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah. Model pemberdayaan sekolah berupa pendampingan atau fasilitasi dinilai lebih memberikan hasil yang lebih nyata dibandingkan dengan pola-pola lama berupa penataran MBS.



D. Pilar III : Peran Serta Masyarakat ( PSM )
1. Bagaimana peran serta masyarakat dalam pelaksanaan MBS
Satu implikasi penting adalah bahwa pemimpin sekolah harus memastikan bahwa perhatian masyarakat sekolah (termasuk tenaga pendidikan) harus tidak hentinya difokuskan pada hasil belajar siswa, dan ini harus menjadi kepedulian utama meskipun makna MBS sangat sering menimbulkan perdebatan. Kebanyakan orang tua siswa membebankan berhasil atau tidaknya putra – putri mereka dalam belajar hanya pada pihak sekolah.Padahal partisipasi orangtua di rumah juga sangat penting.Selain itu proses belajar juga menjadi hal yang signifikan, fokus orangtua dan tenaga pendidik seharusnya mulai beralih ke proses belajar bukan hanya hasilnya.Karena proses belajar yang baik dan benar akan membuat hasil belajar yang dicapai siswa lebih maksimal.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan yang telah kelompok kami laksanakan, kami dapat menarik kesimpulan bahwa, MBS yang diterapkan di SD Kanisius gendongan ini sudah cukup baik. Hal ini di dengan telah terpenuhinya pilar-pilar MBS yaitu: manajemen sekolah, PAKEM, dan PSM ( peran serta masyarakat).
Apabila manajemen berbasis lokasi lebih difokuskan pada tingkat sekolah maka MBS akan menyediakan layanan pendidikan yang komprehensif dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dimana sekolah itu berada. Ciri-ciri MBS bisa dilihat dari sudut sejauh mana sekolah tersebut dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, pengelolaan SDM, PBM dan sumber daya sebagaimana digambarkan dalam tabel berikut:
Organisasi sekolah PBM SDM Sumber daya dan administrasi
Menyediakan manajemen/organisasi kepemimpinan transformasional dalam mencapai tujuan sekolah Meningkatkan kualitas belajar siswa Memberdayakan staf dan menempatkan personil yang dapat melayani keperluan siswa Mengidentifikasikan sumber daya yang diperlukan dan mengalokasikan sumber daya tersebut sesuai dengan kebutuhan
Menyusus rencana sekolah dan merumuskan kebijakan untuk sekolahnya sendiri Mengembangkan kurikulum yang cocok dan tanggap terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat Memiliki staf yang berwawasan Mbs Mengelola dana sekolah secara efektif dan efisien
Mengelola kegiatan oprasional sekolah Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif Menyediakan kegiatan untuk pengembangan profesi pada semua staf Menyediakan dukungan administrative
Menjamin adanya komunikasi yang efektif antara sekolah dan masyarakat Menyediakan program pengembangan yang diperlukan siswa Menjamin kesejahteraan siswa Mengelola dan memelihara gedung dan sarana
Menggerakkan partisipasi masyarakat Berperan serta dalam memotivasi siswa Menyelenggarakan forum atau diskusi untuk membahas kemajuan kinerja sekolah
Menjamin terpeliharanya sekolah yang bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah
Dengan penerapan MBS di sekolah ini terdapat perbedaan yang terjadi antara lain: kepercayaan orang tua terhadap sekolah semakin meningkat, adanya transparansi kegiatan dan keuangan sekolah kepada pihak-pihak yang terkait dalam sekolah, kegiatan belajar mengajar lebih berkualitas.

B. Saran

Saran dari kelompok kami diantarannya yaitu :
a. Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya manajemen berbasis sekolah yang memberikan kewenangan penuh (otonomi) kepada sekolah dan guru dalam mengatur pendidikan. Karena tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujutkan secara optimal,efektif,dan efisien.
b. MBS juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan minat peserta didik, guru-guru, serta kebutuhan masyarakat setempat.
c. Untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan mbs, kepala sekolah, guru dan tenaga adm harus mempunyai dua sifat yaitu profesional dan manajerial mereka harus memiliki pengetahuan yang dalam tentang peserta didik dan prinsip-prinsip pendidikan, sehingga segala keputusan yang diambil didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan pendidikan
d. Dalam penerapan MBS sebaiknya peran serta masyarakat lebih ditingkatkan.
e. Keberhasilan MBS akan tercapai apabila memenuhi tiga pilar terpenting dalam MBS (MS, PAKEM, PSM)

LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar